Translate

Selasa, 22 Mei 2012

Kemah kasih





« Undangan untuk hidup dalam api
Roh Kudus»

Simbol: sebuah kemah dan tujuh lilin


refren pembuka:

Tanda Salib…

Lagu pembuka:



pembimbing:  Tema "lebarkanlah tempat kemahmu ...” , menjadi suasana sukacita yang membimbing kita pada saat doa ini, dalam rangka persiapan Kapitel Jendral ke 14. Kita telah    masuk ke dalam perjalanan doa ketiga, yang mengantar kita pada  proses pemurnian dan pembaharuan hidup kita dalam mengikuti Kristus. Kita diminta untuk singgah dalam kemah kasih untuk mendengarkan suara Roh Kudus.  Kita dipanggil untuk hidup di dalam Roh dengan kesadaran bahwa hidup kita membawa satu kekuatan ilahi yang besar, penuh kasih dan harapan. Hidup dalam Roh Kudus membuat kita patuh kepada Injil, menjadikan kita pembawa kekudusan di dalam Gereja, menjadikan kita manusia yang tahu memanjatkan doa kepada Bapa satu doa yang pantas dan teguh; menjadikan kita pembawa sukacita dan harapan sesuai dengan pengalaman Pentekosta di Yerusalem.
     
 
ROH KENABIAN
Dalam angin, dalam api,
dalam sabda...


REFREN:

Pemb. 1:  Bagi umat kristiani merayakan Pentekosta berarti memperingati Allah yang berselimutkan angin, api dan firman; Allah yang menyatakan kehadiranNya yang menyelamatkan, melalui sikap  yang lemah lembut dan halus, karena Ia bertindak melalui RohNya. Angin, ruah, tiupan, nafas, inilah aspek-aspek yang menyatakan bahwa tindakan Allah tak dapat dipegang dan tak dapat disangka-sangka. Inilah satu anugerah yang datang dari surga, tanpa diharapkan, sehingga ia dapat memutarbalikkan logika-logika kita, program-program dan nilai-nilai kita. Semuanya ini gratis, untuk semua, ya, untuk semua orang yang tahu mendengarkanNya, yang membiarkan diri ditangkap olehNya. Angin ini tak dapat dikendalikan: ia berinisiatif, dan kita bebas untuk menjawab kepadaNya, kita diberi tugas untuk belajar mendegarkanNya, sambil mempertajamkan telinga kita. Angin ini tak membiarkan diri dikunci di dalam  bait manapun, di dalam buku manapun, di dalam komunitas khusus manapun. "Daerah karyaNya melampaui tempat-tempat  yang dianggap cocok bagi keselamatan” karena, sesuai dengan kata Yohanes,  “Ia bertiup kemanapun Ia mau dan engkau mendengar suaraNya, tetapi engkau tidak tahu dari mana Ia datang dan ke mana Ia pergi (Yoh  3:8). Angin tak dapat diatur, demikian juga Roh Allah, yang ia lambangkan. "Roh dan Yesus Kristus menghidupkan Gereja, tetapi karya keselamatan yang dikerjakanNya melampaui Gereja. Perlu memiliki satu pandangan yang lebih panjang, lebar dan dalam, perlu memiliki satu pandangan besar akan Allah, karena Ia tak dapat ditangkap oleh apapun, termasuk teologi-teologi tertinggi". (p. Silvano Nicoletto, pro manuscripto, Komunitas stimmatina, Sezano, Verona  2003).


Pembaca ke 2:  Di samping angin, satu lambang lain  yang menyatakan kekuatan Allah yang tanpa batas, adalah kehadiranNya yang menghangatkan, menerangi, membakar dan memurnikan. Lambang ini berkaitan langsung dengan firman yang menyalakan, satu firman yang sungguh dapat dimengerti, yang mampu mengubah satu kelompok orang menjadi satu persaudaraan.

Api yang menerangi

Roh Kudus membuat orang melihat. Ia terang. Kata Yesus: ketika Roh Kudus datang "Ia akan mengajar segala sesuatu dan akan mengingatkan kepadamu segala sesuatu", "Ia akan membimbing kamu kepada kepenuhan kebenaran”.  Oleh karena itu dua anugerah Roh Kudus berkaitan langsung dengan terang, yakni Pengertian  dan  Pengetahuan. Roh adalah api yang menerangi, Ia adalah terang. Dan terang adalah sumber kehidupan. Tanpa terang tidak ada kehidupan, semuanya akan lenyap. Pada musim semi, ketika siang mengalahkan malam, segala sesuatu bangun lagi.  Terang itu subur, karena ia menggerakkan seluruh hidup yang ada di dalam tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Roh juga memberi kehidupan. Ia telah memberi kehidupan kepada Yesus dalam diri Maria; Ia telah memberi kehidupan kepada komunitas kristen perdana, kepada Gereja perdana; Ia akan memberi hidup kepada kita juga.


refren:
 
Api melemaskan hal yang kaku. Api itu kekuasaan dan kekuatan.

Api itu kuat, namun Roh Kudus lebih kuat. KekuasaanNya adalah satu kekuatan amat dalam, yang lahir dari iman dan dari keyakinan-keyakinan mendalam. Kekuasaan itu mendorong melawan dunia dan  juga menerima kematian. Satu contoh tentang hal ini adalah yang terjadi dalam diri para Rasul yang, sesudah peristiwa Pentekosta, menjadi berani dalam berbicara, antusias dalam bertindak, bertekun dalam kesetiaan, sampai kepada kemartiran.

REFREN:

API MENGHANGATKAN

Roh Kudus pula menghangatkan: "Ia menghangatkan hal yang beku", kata doa yang sungguh puitis dan mendalam, yang ditujukan oleh Gereja kepada Roh Kudus pada HR Pentekosta. Salah satu doa yang lain berbunyi: “Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umatMu, dan nyalakanlah di dalamnya api cintaMu". Roh Kudus adalah Roh Cinta. Ia mengolah semua hati dan mengubahnya;  “Aku akan memberi kamu hati yang baru, Aku akan menempatkan di dalam dirimu roh yang baru: hati  yang membatu akan diambil darimu dan Aku akan memberi kamu hati yang hidup. Aku akan menempatkan RohKu di dalam dirimu dan kamu akan hidup”. Ini sungguh jelas: Roh Kudus adalah obat yang paling unggul dan mujarab untuk menyembuhkan hati-hati yang dibuat dengan plastik yang membekukan dunia ini, sehingga ia dapat berputar dengan semestinya.

 
SUATU PERHENTIAN UNTUK MENYEMBAH

lAGU  untuk pentaktaan Sakramen Mahakudus:

PEMBACA 3:  Dan akhirnya datanglah firman. Ia lahir dari angin, mengalir dari nyala api. Satu firman begitu baru sehingga hendak diteriak pada keempat penjuru dunia; satu firman sungguh kental, bersinar, sanggup memutar balikkan. Pewartaan Pentekosta berasal dari keheningan mendalam, dari penantian, dari sikap mendengarkan; ia menjawab kepada suatu seruan. Firman ini ditimbulkan oleh Roh, oleh karena itu Ia tak dapat dihentikan, karena Ia kuat.  Dibimbing oleh Kristus yang Bangkit, keduabelas rasul menciptakan satu bahasa baru, yang mampu mempersatukan, menghibur, membuka cakrawala baru. Satu bahasa ibu yang tahu mengikat relasi baru dan keselamatan baru: satu bahasa yang sungguh manusiawi, satu “rumah tinggal”.


…Dari ANGIN,
 daRI  API... MENGALIR


MENDENGARKAN FIRMAN:   Kis 2,:1-11

PEMBIMBING:  Apa yang dikatakan Firman kepada kita? Di tempat perjamuan hadir juga Maria, Ibu Yesus, dia yang mendengarkan Firman Allah dan menyimpannya di dalam hatinya, dia yang telah mengandung Firman, yang telah menjadi kemah bagi Firman yang menjelma. Mari kita mencerminkan diri dalam Firman ini, sambil membaca kembali perjalanan Maria, mulai saat Kabar Sukacita, sampai pada Pentekosta dan menyatukan diri dengannya sebagai murid-murid yang ingin hidup di bawah tiupan Roh Kudus.
Musik
 
P. 1: Ya Maria, “Bintang Pentekosta", penjamin kepenuhan sejarah Keselamatan, kepadamu kami berdoa bersama uskup  Tonino Bello, untuk memohon Roh Kudus:

P.  2: "Santa Maria, wanita yang tinggal di lantai atas, ikon gereja yang indah, engkau telah mengalami Pentekosta sejak menerima Kabar Sukacita, ketika Roh Kudus menaungi engkau dengan seluruh kekuataan Allah yang Mahatinggi.

P. 1:  Engkau telah tinggal di tempat perjamuan terakhir untuk memohon anugerah Roh Kudus bagi mereka yang tinggal bersamamu, karena engkau telah diperkayakan oleh anugerah yang sama di Nazareth. Engkaulah gambar Gereja, yang dikuasai Roh Kudus dan diberi tugas untuk memohon kedatangan Allah di setiap sudut dunia, sampai akhir zaman […].

P. 2:  Undanglah kami, agar kami naik ke atas bersama engkau, karena hanya dari tempat tinggi kami dapat melihat batas bumi dan mengukur keluasan air, yang diatasnya Roh Kudus tetap melayang-layang […].

1 L: Dari jandela di atas ini, semua  orang sungguh dapat menikmati angin segar dari Roh Kudus  yang  disertai oleh Ketujuh anugerahNya […]. Dengan demikian kami akan mempercepatkan Pentekosta di dunia ini, sama seperti engkau".


Refren:
Oh oh oh, Adoramus Te Domine.
Oh oh oh, Adoramus Te Domine.

 
MARI KITA LEBARKAN KEMAH-KEMAH KITA

Tujuh lilin atau pelita dinyalakan di depan kemah, sebagai lambang lidah-lidah api Pentekaosta. Satu lilin dinyalakan sesudah setiap doa permohonan.

P. 1: Dunia kami sungguh sempit. Hidup kami sungguh rapu dan pendek. Pandangan kami sempit. Kami mohon...

Rit. Misericordias Domini in aeternum cantabo.
Misericordias Domini in aeternum cantabo.

P. 2 : Ya Tuhan, buatlah agar semua orang yang berbeda oleh karena negara, budaya, suku dan asal usul, mendapat tempat di dalam dunia dan hidup kami. Kami mohon...

P. 3 : Sikap-sikap kami sungguh picik, prasangka-prasangka kami tak ada dasar, perbuatan kami kurang bermutu. Kami mohon...

P. 4 : Batas-batas kami terlalu sempit, keinginan-keinginan kami tidak bebas, kebiasaan-kebiasaan kami terlalu terikat pada “ego” kami. Kami mohon...

P. 5 : Ya Tuhan, buatlah agar semua orang, tua dan muda, wanita dan pria, yang berasal dari kelompok sosial berbeda, yang digerakkan oleh kepentingan berbeda, mendapat tempat dalam dunia dan hidup kami. Kami mohon...
P. 6 : Allah segala budaya dan bangsa, bantulah kami agar tak seorang pun diberi cap sebagai manusia yang tak bernilai. Bantulah kami agar kami mengubah sikap kami yang sombong dan tidak menjadi penganiaya sesama. Lebarkanlah cakrawala kami dan kemah hidup kami.
             Kami mohon...
 
P. 7 :    Ya Tuhan, buatlah agar pluralitas dan keragaman kami membawa suatu pengaruh positif bagi kami masing-masing. Dengan demikian setiap pribadi dan setiap bangsa akan memahami bahwa ia dipanggil untuk mendirikan satu dunia yang bersatu untuk memperjuangkan keadilan dan perdamaian, kini dan sepanjang masa. Amin

Lagu  untuk mengakhiri Adorasi


Lagu penutup