Translate

Kamis, 28 Juni 2012

Tambahkanlah Imanmu !





«Undangan untuk menghidupkan kembali rahmat iman"

Kanon pembuka:

Dalam Nama Bapa...

Pembimbing:
Doa malam ini mendalami kebajikan utama yang telah menggerakkan Beata Pendiri kita, yakni keutamaan iman. Kita akan menempuh satu perjalanan mulai dari Abraham sampai zaman kita ini.


Lagu pembuka:

Abraham, Bapa iman kita

P 1:  Karena iman, Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk  berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.  Karena iman, ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah  dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah... Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar,  seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya... Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu”. Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang mati. Dan  dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.  (Ibr 11: 8-10.12.17-19).
 
Hening untuk renungan
P 2: Abrahan adalah lambang semua orang yang taat kepada suara Allah yang  memerintah agar ia berangkat.  Ketika dipanggil Allah untuk pertama kalinya, Abraham berumur 75 tahun. Sara adalah istrinya. Ia memiliki ternak, tetapi ia tidak memiliki padang untuk  menggembalakan  binatang-binatangnya. Dari segi manusiawi, hampir tidak ada sesuatu-pun yang dapat mengubah pola hidupnya. Semuanya ini menggambarkan betapa besar jiwanya gembala ini, yang meski-pun usianya sudah lanjut, berani memberi arah baru kepada hidupnya, dan membiarkan diri dibimbing oleh Allah, karena ia percaya kepada Firman-Nya. Allah menjanjikan kepadanya sesuatu yang ia sungguh perlukan, yakni satu keturunan dan sebidang tanah, sesuatu yang hendak dicintai dan dirawati.  Dikuatkan oleh iman yang teguh dan harapan yang terbuka kepada  masa depan maka, Abraham tinggalkan negerinya, bangsanya, dan rumah ayahnya untuk mentaati Allah tanpa pamrih. Allah itu benar dan adil dan menyatakan diri kepadanya dengan penuh cinta dan berkat berlimpah.
  

Maria,  dialah yang telah percaya

P 3: Pada saat Maria menerima Kabar Sukacita, ia laksana kemah indah dan penuh iman. Banyak pertanyaan muncul dalam dirinya dan ia bertanya diri bagaimana mungkin semuanya itu dapat terjadi, karena ia belum bersuami, namun setelah bertanya semuanya ini, ia merasa puas dengan jawaban-jawaban Malaikat Agung. Maria rela melebarkan kemahnya untuk menerima kehendak Allah. Dengan mengatakan “Ya”, Maria telah menciptakan satu tempat yang cukup luas, yang semakin luas agar Roh Allah datang dan tinggal di dalam dirinya.  Patok-patok kemahnya yang kuat tidak Iain dari iman, kasih dan harapannya akan Tuhan, Allah kehidupan, karena bagi Allah tidak ada yang mustahil. Maria telah melebarkan juga kemahnya dengan mengunjungi Elisabet saudarinya.

P 4: Ketika Malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata Malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendak engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub, sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan”.
Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”. Jawab Malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia-pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Kata Maria: “Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Lalu Malaikat itu meninggalkan dia.
Pertanyaan-pertanyaan: 
· Maria adalah kemah terindah bagi Allah Tritunggal. Dengan cara manakah kita  didorong untuk melebarkan tempat hati kita, agar Allah, umat manusia dan alam semesta dapat tempat di dalam diri kita?
· Apa yang menjadi patok-patok kemah hidup kita?

Pembimbing: Sama seperti Abraham, bapa semuo orang beriman, sama seperti Maria Bunda Yesus, Beata Maria Pia Mastena, pendiri Kongregasi Wajah Kudus, telah menjawab “ya” kepada Allah, tanpa tahu ke mana ia akan diantar oleh Allah. Ia percaya  kepada Allah, oleh karena itu ia berani menjawab “ya” kepada setiap permintaan Roh Kudus. Katanya: «Jasa iman dan balasannya di surga, tidak tergantung pada tanda-tanda ajaib yang dilaksanakan, melainkan pada ketaatan yang teguh dan mutlak, di mana akal kita tunduk kepada wahyu ilahi». (B.M. Pia Mastena, Notes 7, hlm.27)

Lagu:  (tentang Beata Mastena)
laksana pelita yang menyala


2 L:  «Saya mengakui bahwa saya telah dan selalu melihat dalam diri Madre Pendiri satu iman yang tak tergoncang. Baginya Allah adalah segala sesuatu.  Allah selalu di hadapannya, laksana target. Demi Allah, menurut Madre, hendaknya selalu mencari yang paling sempurna. Madre tidak pernah suka dengan sikap yang dobel dan ia selalu mengajar hal yang sama kepada para Suster. Ia ingin agar para suster selalu bersikap jernih, patuh kepada Ajaran Gereja, setia kepada Sri Paus yang ia sebut “Kristus yang manis di dunia ini” sesuai dengan satu ekspresi dari santa Katarina. Madre menyatakan sikap imannya dalam doa dan secara khusus dalam mengarahkan seluruh pembicaraannya kepada Allah. Doanya menyerupai sebuah dialog, satu keterlibatan, satu komunikasi. Ia sungguh mengasihi Firman Allah, terutama Injil… untuk mewartakan Yesus perlu lebih dulu mengenal Yesus. Untuk menyebarkan, menyilih WajahNya, perlu lebih dulu mengasihiNya, dan kita tidak mungkin mengasihi orang yang tidak kita kenal...». (Saksian  Sr. Cecilia Griggio, Positio hal. 61-62)


Mari kita menyalakan pelita iman kita,pada pelita Beata Mastena yang selalu bernyala

Pemimpin: Ketika kita telah dibaptis, kita telah menerima sebatang lilin yang bernyala, lambang iman kita. Dalam peredaran waktu, kita telah sering kali mengulangi janji baptis kita. Pada saat ini, kita akan mengobarkan kembali iman kita kepada pelita  iman Beata kita yang selalu membantu kita dengan kesaksian hidupnya, agar kita dapat berkembang dalam kebajikan utama ini.
Pemimpin komunitas menyalakan lilinnya pada pelita yang ada di depan gambar Madre Mastena. Sesudah itu ia menyalakan beberapa lilin yang dipegang orang  lain. Sesudah itu semua orang mendaraskan doa “Aku percaya”

Bersama-sama:  Aku percaya...

Lagu:
Pemimpin:  Tahun iman hampir datang untuk membangun kita dari ketiduran, dari sikap kita yang cari aman, sehingga kita dapat menyadari kekurangan iman kita. Sri Paus mengajukan kepada kita beberapa pertanyaan dasar yang telah diajukan Yesus dalam Injil.
Apakah kamu tidak percaya?

P 1:  Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang”. Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam  perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dasyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”. Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!”. Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”. Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang  ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”. (Mrk 4: 35-40).

Hening untuk renungan

Lagu: 

Bagaimana dengan kita ini?…

· Mari kita mengingat kembali orang tua kita, para pastor, katekis, Pendiri kita, sesama kita, para suster, semua orang yang telah membantu kita dalam proses perkembangan iman kita. Jika kita mau, sekarang kita dapat menulis nama-nama mereka di atas kertas yang telah diberi kepada kita dan dalam keheningan kita bersyukur kepada Tuhan karena semua orang ini. Mereka telah menyinari langkah-langkah kita, laksana pelita.


Terima kasih, ya Tuhan, atas segala berkat yang telah kami terima,
sering kali kami kurang menyadarinya.

Terima kasih atas masa lampau,
ditandai oleh rencana-rencana yang telah menjadi kenyataan
dan realitas-realitas yang belum terselesai.

Terima kasih atas semua orang
yang telah membantu proses perkembangan iman kami,
nama-nama mereka sekarang kuletakkan di atas altar-Mu, ya Tuhan.

Terima kasih atas masa kini,
diwarnai oleh terang dan kegelapan
yang berdiam di dalam diri kami
dan ada juga di sekitar kami.

Terima kasih atas masa depan,
yang belum menjadi milik kami,
kami tahu bahwa ia akan mekar dan menyatakan cakrawalanya
secara perlahan-lahan, hari demi hari.

Buatlah, ya Tuhan,
agar  terang harapan tetap menyala di dalam diriku,
kuatkanlah akar-akar imanku,
biasakanlah aku tersenyum setiap hari
dan bantulah aku dalam menjadi saksi
mengenai kekuatan yang dapat mengubah segala sesuatu:
yakni kasih kepada Allah dan sesama. Amin

Doa untuk Kapitel jendral

Lagu penutup: 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar