PESTA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Yoh 16: 12-15
Pesta Tritunggal Mahakudus adalah puncak misteri iman kristiani, yang tak terselami akal budi. Tetapi yang terpenting ialah: Kita merayakannya sebagai pewahyuan Kasih Ilahi kepada manusia.
1. Tuhan mewahyukan diri sebagai BAPA: Asal mula segala sesuatu, Sumber Hidup yang menciptakan kita dalam kasih, sesuai dengan firman-Nya: "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal" Yer. 31:3.
2. Tuhan menjelma jadi manusia dan mewahyukan diri sebagai PUTRA: Sulung dari semua sulung, Bungsu dari semua bungsu (Alfa & Omega), Sahabat yang rela mengorbankan nyawa bagi kita yang berdosa: "Tak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya" Yoh. 15: 13.
3. Tuhan mewahyukan diri sebagai ROH KUDUS, Kasih Ilahi yang menghidupkan dan menguduskan kita: "Kasih Allah sudah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" Rm. 5:5.
4. Allah yang mahatinggi itu ternyata telah menjadi yang mahadekat. Dalam Nama-Nya kita dibaptis dan dalam Nama itu pula kita diberkati setiap hari:
+DALAM NAMA BAPA DAN PUTRA DAN ROH KUDUS + AMIN
( Renungan oleh Pt. Leo Kleden,SVD)
"Wajah-Mu kucari ya Tuhan, janganlah Kau sembunyikan Wajah-Mu daripadaku" (MZM 27,8-9).
Translate
Minggu, 26 Mei 2013
Jumat, 17 Mei 2013
Suster Wajah Kudus
Roh Kudus adalah api yang
Menerangi
Saudara Api, engkaulah terang di malam hari,
jadilah terang dalam keraguan iman, terangilah jalan menuju Tuhan Yesus;
lenyapkanlah bayang-bayang kekacauan, kedangkalan, kegelapan dimana kami….Allah
yang bersahabat menjadi Allah yang menghakimi dan jauh.
Terpujilah
Allah Bapa yang Mahakuasa: pada mulanya Engkau menciptakan terang dan menerangi
manusia yang kauciptakan menurut gambaran-Mu binar cinta-Mu dan dengan tiang
api engkau menuntun umat-Mu yang mengembara di padang gurun menuju tanah
terjanji; dalam kepenuhan waktu engkau mengutus Putra-Mu untuk membawa kepada
kegelapan terang kebenaran dan kasih karunia dan setelah kenaikan-Nya yang
mulia engkau mencurahkan Roh-Mu kepada Gereja yang baru lahir. Melalui api ini
nyalakanlah di dalam hati kami api cinta kasih-Mu. Demi Kristus Tuhan kami.
Amin.
Terpujilah Tuhan bagi saudara api, karena melaluinya engkau menerangi
malam, dia begitu indah dan kuat" kata Santus Fransiskus dalam Kidungnya.
Sekarang kita semua berada disekeliling api yang adalah tanda kehidupan
dan kematian, kita juga diajak untuk memanggilnya saudara dan memohonnya untuk berbicara tentang Allah,
untuk menjadi suara dari Roh Allah.
Saudara Api, jadilah
kehangatan rangkulan Allah, karena kami telah menjadi dingin karena badai
hidup.
Jadilah kehangatan hasrat hati kami, karena api, engkaulah kehangatan
yang melawan kedinginan, sehingga kami bisa mencintai dan hidup menurut hati
Allah.
Terpujilah Tuhan bagi saudara api, karena melaluinya engkau menerangi
malam, dia begitu indah dan kuat" kata Santus Fransiskus dalam Kidungnya.
Saudara Api, engkau yang selalu berbeda dan
selalu sama, himpunlah keluarga dan komunitas kami. Ajarilah kami untuk
menjadikan perbedaan sebagai tanda persatuan, kekayaan hidup yang melimpah.
Roh Kudus menjadikan kami saksi Kristus yang bangkit.
Injil Yohanes (20,19-23)
Ketika hari
sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di
suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada
orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!". Dan sesudah berkata
demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid
itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi:
"Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga
sekarang Aku mengutus kamu". Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi
mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa
orang, dosanya diampuni dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada,
dosanya tetap ada".
Kami mau supaya kamu tetap
ingat bahwa dalam keadaan yang tidak terduga: Roh Kudus tidak meninggalkan
Gereja, Dia tidak meninggalkan kepunyaan-Nya. Sama seperti dalam menghadapi
perubahan hidup ini, pengaruh budaya, tantangan-tantangan dunia, masuknya
kejahatan ke dalam jiwa kita, ke dalam iman kita, kita harus yakin bahwa Roh
Kudus ada di dekat kita, di dalam diri kita dan berjaga-jaga atas kita".
(Dari homili Paus Paulus VI).
Roh Kudus
memberi kita kekuatan untuk bersaksi, hal ini dinyatakan dalam keanekaragaman
wajah, karisma dan pelayanan, dalam kesatuan Allah Tritunggal: Roh Kudus
menyatukan dan mendamaikan perbedaan dan membedakannya dalam persekutuan dengan
orang-orang yang didamaikan. Penerima Roh Kudus adalah orang yang menggerakkan
dan menilai keanekaragaman tetapi membuat segala sesuatu berguna dalam
membangun Tubuh Kristus yaitu Gereja
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datanglah ya Roh Kudus ke atas kami
suster-suster Wajah Kudus dan kuatkanlah kami dalam komitmen hidup kami yang
utama…
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datanglah ya Roh Kudus dan bantulah
kami untuk menjadikan Yesus sebagai pusat hidup dan pilihan kami…
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datang ya Roh Kudus dan jadikanlah
kami semakin siap dalam menjawabi undangan Gereja dan tantangan masa kini…
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datanglah ya Roh Kudus dan
bangkitkanlah dalam diri kami iman yang kreatif yang menuntun kami kepada
envangelisasi baru.
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datanglah ya Roh Kudus, bangkitkanlah
dalam diri kami semangat keibuan agar lebih membuka dir
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datanglah ya Roh Kudus,
jadikanlah persaudaraan kami semakin
kaya dengan saling menerima satu sama lain.
Datanglah ya Roh Kudus, nafas
kehidupan, datanglah Roh Kudus
Datanglah ya Roh Kudus ke atas kami
sehingga kami mampu menjadi saksi-saksi cinta kasih Allah Tritunggal seperti
Beta Maria Mastena
Doa Mohon Ketujuh Karunia Roh Kudus
oleh: St.
Bonaventura
Kami mohon kepada Allah Bapa yang penuh belas-kasih melalui Engkau, Putra
Tunggal-Nya yang menjadi musia demi keselamatan kami, yang disalibkan dan
dimuliakan demi kami, agar mengirimkan kepada kami dari perbendaharaan harta
karun surgawi ketujuh karunia Roh Kudus, yang menaungi Engkau dalam segala
kepenuhan-Nya:
karunia kebijaksanaan, guna memampukan kami menikmati buah dari pohon
kehidupan, yang adalah sungguh Engkau Sendiri;
karunia pengertian, guna mencerahkan akal budi kami;
karunia nasehat, guna memampukan kami mengikuti jejak langkah-Mu;
karunia keperkasaan, guna menghadapi serangan gencar musuh kami;
karunia pengenalan, guna membedakan yang baik dari yang jahat oleh terang
pengajaran yang kudus;
karunia kesalehan, guna menyelubungi kami dengan kemurahan dan belas
kasihan;
karunia takut akan Allah, guna menjauhkan kami dari segala yang jahat dan
tinggal damai dalam keterpesonaan akan kemuliaan-Mu yang abadi.
Itulah ya Tuhan permohonan kami. Sudi
kabulkanlah demi kehormatan Nama-Mu yang kudus, bersama Bapa dan Roh Kudus,
segala sembah sujud dan kemuliaan, puji-pujian, keagungan dan kuasa untuk
selama-lamanya.
Amin
.
Jumat, 10 Mei 2013
Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-47
Pesan Paus Untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-47
Jejaring Sosial: Pintu kepada Kebenaran dan Iman, Ruang Baru untuk Evangelisasi
Menjelang Hari Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2013 ,saya ingin menyampaikan beberapa permenungan mengenai suatu kenyataan yang semakin penting tentang cara manusia sezaman berkomunikasi di antara mereka. Saya ingin mencermati perkembangan jejaring sosial digital yang membantu menciptakan “agora” baru, suatu alun-alun publik tempat manusia berbagi gagasan, informasi dan pendapat, dan yang dalamnya relasi-relasi dan bentuk-bentuk komunitas baru dapat terwujud.
Ruang-ruang tersebut – bila dimanfaatkan secara bijak dan berimbang- membantu memajukan berbagai bentuk dialog dan debat yang, bila dilakukan dengan penuh hormat dan memerhatikan privasi, bertanggungjawab dan jujur, dapat memperkuat ikatan kesatuan di antara individu-individu dan memajukan kerukunan keluarga manusiawi secara berdaya-guna. Pertukaran informasi dapat menjadi komunikasi yang benar, relasi-relasi dapat mematangkan pertemanan, koneksi-koneksi dapat mempermudah persekutuan. Bila jejaring sosia terpanggil untuk mewujudkan potensi besar ini, orang-orang yang terlibat di dalamnya harus berupaya menjadi otentik , karena di dalam ruang itu, orang tidak hanya berbagi gagasan dan informasi, tetapi pada akhirnya orang mengkomunikasikan dirinya sendiri.
Perkembangan jejaring sosial menuntut komitmen: orang melibatkan diri di dalamnya untuk membangun relasi dan menjalin persahabatan, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan mencari hiburan, tetapi juga dalam menemukan dorongan intelektual serta berbagi pengetahuan dan keterampilan. Jejaring sosial semakin menjadi bagian dari tatanan masyarakat sejauh menyatukan orang dengan berpijak pada kebutuhan dasar. Jejaring sosial dengan demikian terpelihara oleh aspirasi yang tertanam dalam hati manusia.
Budaya jejaring sosial dan perubahan dalam sarana dan gaya berkomunikasi membawa tantangan bagi mereka yang ingin berbicara tentang kebenaran dan nilai. Seringkali, sama halnya dengan sarana-sarana komunikasi sosial yang lain, makna dan efektifitas berbagai bentuk ekspresi nampaknya lebih ditentukan oleh popularitasnya ketimbang kepentingan hakiki dan nilainya. Pada gilirannya, popularitas seringkali lebih melekat pada ketenaran ataupun strategi persuasi daripada logika argumentasi. Kadangkala suara lembut dari pikiran dikalahkan oleh membludaknya informasi yang berlebihan dan gagal menarik perhatian pada apa yang disampaikan kepada orang yang mengungkapkan diri secara lebih persuasif. Dengan demikian, media sosial membutuhkan komitmen dari semua orang yang menyadari nilai dialog, debat rasional dan argumentasi logis dari orang-orang yang berusaha keras membudidayakan bentuk-bentuk wacana dan pengungkapan yang menggerakkan aspirasi luhur dari orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Dialog dan debat dapat juga berkembang dan bertumbuh ketika kita berbicara dengan dan sungguh-sungguh menghargai orang-orang yang gagasan-gagasannya berbeda dengan kita. “Mengingat kenyataan keragaman budaya, perlulah memastikan bahwa manusia bukan saja mengakui keberadaan budaya orang lain tetapi juga bercita-cita diperkaya olehnya dan menghargai segala yang baik, benar dan indah”( Pidato pada Pertemuan dengan Dunia Budaya, Belem, Lisabon, 12 Mei 2010).
Tantangan yang dihadapi oleh jejaring sosial adalah bagaimana benar-benar menjadi inklusif: dengan demikian mereka memperoleh manfaat dari peran serta penuh dari orang-orang beriman yang ingin berbagi amanat Yesus dan nilai martabat manusia yang dikemukakan melalui pengajaran-Nya. Kaum beriman semakin menyadari bahwa kalau Kabar Baik tidak diperkenalkan juga di dalam dunia digital, ia akan hilang dalam pengalaman banyak orang yang menganggap ruang eksistensial ini penting. Lingkungan digital bukanlah sebuah dunia paralel atau murni virtual, tetapi merupakan bagian dari pengalaman keseharian banyak orang teristimewa kaum muda. Jejaring sosial adalah hasil interaksi manusia akan tetapi pada gilirannya, ia memberikan bentuk baru terhadap dinamika komunikasi yang membangun relasi: oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang lingkungan ini merupakan prasyarat untuk suatu kehadiran yang bermakna.
Kemampuan untuk menggunakan bahasa baru dituntut, bukan terutama untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup sezaman, tetapi justru untuk memampukan kekayaan tak terbatas dari Injil menemukan bentuk-bentuk pengungkapan yang mampu menjangkau pikiran dan hati semua orang. Di dalam lingkungan digital, perkataan tertulis sering disertai dengan gambar dan suara. Komunikasi yang efektif seperti yang terungkap dalam perumpamaan Yesus memerlukan pelibatan imaginasi dan kepekaan emosional mereka yang ingin kita ajak untuk berjumpa dengan misteri kasih Allah. Disamping itu kita mengetahui bahwa tradisi Kristiani selalu kaya akan tanda dan simbol: Saya berpikir, misalnya, salib, ikon, Patung Perawan Maria, kandang natal, jendela kaca berwarna-warni dan lukisan-lukisan di dalam gereja kita. Suatu bagian bernilai dari khazanah artistik umat manusia telah diciptakan oleh para seniman dan musisi yang berupaya untuk mengungkapkan kebenaran iman.
Dalam jejaring sosial, orang beriman menunjukkan kesejatiannya dengan berbagi sumber terdalam dari harapan dan kegembiraan mereka: iman kepada Allah pengasih dan penyayang yang terungkap dalam Kristus Yesus. Wujud berbagi ini tidak hanya terdiri dari ungkapan iman yang eksplisit, tetapi juga dalam kesaksian mereka, dalam cara mereka mengkomnikasikan “pilihan, preferensi, penilaian yang sungguh sesuai dengan Injil, bahkan bila tidak disampaikan secara ekspisit” (Pesan untuk Hari KomunikasiSedunia 2011). Suatu cara yang secara khusus bermakna dengan memberikan kesaksian serupa terjadi melalui kerelaan untuk mengorbankan diri kepada orang lain seraya menanggapi pertanyaan dan keraguan mereka dengan sabar dan penuh hormat tatkala mereka mencari kebenaran dan makna eksistensi manusia. Dialog yang berkembang dalam jejaring sosial tentang iman dan kepercayaan menegaskan penting dan relevannya agama di dalam debat publik dan dalam kehidupan masyarakat. Bagi mereka yang telah menerima karunia iman dengan hati yang terbuka, jawaban yang paling radikal akan pertanyaan manusia tentang kasih, kebenaran dan makna hidup- pertanyaan – pertanyan serupa yang tentu tidak absen dari jejaring sosial – ditemukan dalam pribadi Yesus Kristus. Wajar bahwa mereka yang memiliki iman ingin berbagi dengan orang yang mereka jumpai dalam forum digital dengan rasa hormat dan bijaksana. Namun pada akhirnya, jika upaya kita untuk berbagi Injil menghasilkan buah yang baik, hal itu selalu dikarenakan oleh kekuatan sabda Allah itu sendiri yang menyentuh hati banyak orang mendahului segala usaha dari pihak kita. Percaya pada kekuatan karya Allah harus selalu lebih besar daripada kerpecayaan apa saja yang kita letakan pada sarana-sarana manusia. Dalam ruang lingkup digital, juga, dimana suara yang tajam dan memecahbelah dibesar-besarkan dan dimana sensasionalisme menang, kita diundang untuk berlaku arif, penuh kehati-hatian. Dalam hal ini hendaklah kita ingat bahwa Eliyah mengenal suara Allah tidak dalam angin yang besar dan kuat, tidak melalui gempa bumi dan api tetapi dalam hembusan angin sepoi-sepoi” (1 Raj 19:11-12). Kita perlu percaya bahwa kerinduan mendasar manusia untuk mengasihi dan dikasihi dan untuk menemukan makna dan kebenaran -sebuah kerinduan yang Allah sendiri tanamkan dalam hati setiap laki-laki dan perempuan- menetap di zaman kita ini, selalu dan setidak-tidaknya terbuka kepada apa yang Beato Kardinal Newmann sebut ‘ cahaya ramah’ dari iman.
Jejaring sosial, dengan menjadi sarana Evangelisasi dapat juga menjadi faktor dalam pembangunan manusia. Sebagai contoh, dalam konteks geografis dan budaya dimana orang Kristiani merasa terisolasi, jejaring sosial dapat memperkuat rasa kesatuan nyata dengan komunitas kaum beriman di seluruh dunia. Jejaring sosial mempermudah orang berbagi sumber-sumber rohani dan liturgi, menolong orang untuk berdoa dengan perasaan kedekatan bersama mereka yang mengaku iman yang sama. Suatu keterlibatan yang sejati dan interaktif dengan pertanyaan dan keraguan dari mereka yang berada jauh dari iman seharusnya membuat kita merasa perlu untuk memelihara iman kita melalui doa dan permenungan, iman akan Allah serta amal kasih kita: ” Walaupun saya berbicara dengan bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi apabila aku tidak mempunyai kasih, aku adalah gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”. (1 Kor 13:1)
Di dalam dunia digital terdapat jejaring-jejaring sosial yang memberikan peluang-peluang sezaman untuk berdoa, meditasi, dan berbagi firman Allah. Akan tetapi jejaring sosial itu dapat juga membuka pintu terhadap dimensi lain dari iman. Banyak orang benar-benar menemukan, tepatnya berkat kontak awalnya di internet, pentingnya pertemuan langsung, pengalaman komunitas-komunitas dan bahkan peziarahan, unsur-unsur yang senantiasa penting dalam perjalanan iman. Dalam upaya untuk membuat Injil hadir dalam dunia digital, kita dapat mengundang orang untuk datang bersama-sama untuk berdoa dan perayaan liturgi di tempat-tempat tertentu seperti gereja dan kapel. Seharusnya tidak kekurang kobersamaan atau kesatuan dalam pengungkapan iman kita dan dalam memberikan kesaksian tentang Injil di dalam realitas apa saja dimana kita hidup entah itu fisik atau digital. Kita kita berada bersama orang lain, selalu dan dengan cara apapun, kita dipanggil untuk memperkenalkan kasih Allah hingga ujung bumi.
Saya berdoa agar Roh Allah mendampingi dan senantiasa menerangi kamu, dan dengan seggenap hati saya memberkati kamu sekalian, agar kamu benar-benar mampu menjadi bentara-bentara dan saksi-saksi Injil.” Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala mahkluk” (Mrk 16:15)
Vatikan, 24 Januari 2013
Pesta Santo Frasiskus de Sales
BENEDICTUS XVI
Rabu, 08 Mei 2013
AUDIENSI UMUM 8 Mei 2013
Saudara dan saudari terkasih, hari yang baik.
Masa Paskah yang kita hidupi dengan sukacita, yang dipandu oleh liturgi Gereja, adalah secara par excellence saat Roh Kudus, yang diberikan kepada kita "dengan tidak terbatas" (bdk. Yoh 3:34) oleh Yesus yang disalibkan dan bangkit. Saat rahmat ini berakhir dengan Hari Raya Pentakosta, ketika Gereja menghidupkan kembali pencurahan Roh pada Maria dan para rasul yang berkumpul dalam doa di Ruang Atas.
Masa Paskah yang kita hidupi dengan sukacita, yang dipandu oleh liturgi Gereja, adalah secara par excellence saat Roh Kudus, yang diberikan kepada kita "dengan tidak terbatas" (bdk. Yoh 3:34) oleh Yesus yang disalibkan dan bangkit. Saat rahmat ini berakhir dengan Hari Raya Pentakosta, ketika Gereja menghidupkan kembali pencurahan Roh pada Maria dan para rasul yang berkumpul dalam doa di Ruang Atas.
Tetapi siapakah Roh Kudus? Dalam Syahadat kita akui dengan iman: "Aku percaya dalam Roh Kudus, Tuhan dan pemberi hidup". Kebenaran pertama yang kita teguhkan dalam Syahadat yakni Roh Kudus adalah Kyrios, Tuhan. Ini berarti bahwa Dia adalah sungguh Allah seperti Bapa dan Putra, tujuan dari tindakan penyembahan dan pemuliaan kita yang sama seperti yang kita tujukan kepada Bapa dan Putra. Roh Kudus, pada kenyataannya, adalah Pribadi ketiga dari Tritunggal Mahakudus; Roh Kudus adalah karunia agung dari Kristus yang bangkit yang membuka pikiran dan hati kita kepada iman dalam Yesus sebagai Putra yang diutus oleh Bapa, dan yang memimpin kita kepada persahabatan, kepada persekutuan dengan Allah
Tetapi saya ingin berfokus pada kenyataan bahwa Roh Kudus adalah sumber kehidupan Allah yang tak habis-habisnya di dalam kita. Pada setiap saat dan pada semua tempat manusia telah merindukan kehidupan yang penuh dan indah, yang adil dan baik, kehidupan yang tidak terancam oleh kematian, tapi yang dapat mendewasakan dan bertumbuh kepada kepenuhannya. Manusia adalah seperti seorang musafir yang, melintasi padang pasir kehidupan, memiliki kehausan akan air hidup, terpancar dan menyegarkan, mampu memuaskan kehendaknya yang mendalam akan terang, kasih, keindahan dan kedamaian. Kita semua merasakan keinginan ini! Dan Yesus memberi kita air hidup ini: air tersebut adalah Roh Kudus, yang berasal dari Bapa danyang dicurahkan Yesus ke dalam hati kita. Yesus mengatakan kepada kita bahwa "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:10).
Yesus menjanjikan perempuan Samaria bahwa Ia akan memberikan secara cuma-cuma "air hidup" yang melimpah dan abadi kepada semua orang yang mengenali-Nya sebagai Putra yang diutus oleh Bapa untuk menyelamatkan kita (Yoh 4:5-26;3:17). Yesus datang untuk memberi kita "air hidup" tersebut yang adalah Roh Kudus, sehingga hidup kita dapat dibimbing oleh Allah, dapat digerakkan oleh Allah, sudi dipelihara oleh Allah. Ketika kita mengatakan bahwa orang Kristiani adalah manusia rohani, ini adalah apa yang kita artikan: orang Kristiani adalah orang yang berpikir dan bertindak menurut Allah, dan menurut Roh Kudus. Dan apakah kita percaya dalam Allah? Apakah kita bertindak sesuai dengan Allah? Atau apakah kita membiarkan diri dibimbing oleh begitu banyak hal-hal lain yang bukan Allah?
Pada titik ini kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri: bagaimanakah air ini dapat memuaskan kehausan kita yang mendalam? Kita tahu bahwa air sangat penting bagi kehidupan, tanpa air kita mati; air memuaskan kehausan kita, air membersihkan, air mampu membuat bumi subur. Dalam Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma kita menemukan kalimat ini: "kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (5:5). "Air hidup", Roh Kudus, Karunia dari Dia Yang Bangkit yang datang untuk tinggal di dalam kita, menyucikan kita, menerangi kita, memperbaharui kita, mengubah kita karena menjadikan kita mengambil bagian dalam kehidupan yang sesungguhnya dari Allah adalah kasih. Itulah sebabnya mengapa Rasul Paulus mengatakan bahwa kehidupan orang Kristiani digerakkan oleh Roh dan oleh buah-buah-Nya, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23). Roh Kudus membawa kita kepada hidup ilahi sebagai "anak-anak Sang Putra Tunggal". Dalam bagian lain dari Surat kepada jemaat di Roma, yang telah kita singgung beberapa kali, Santo Paulus merangkumnya dengan kata-kata: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ' ya Abba, ya Bapa!'. Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (8:14-17). Inilah karunia berharga yang dibawa Roh Kudus ke dalam hati kita: kehidupan Allah yang sesungguhnya, kehidupan anak-anak yang sejati, hubungan keakraban, kebebasan dan kepercayaan dalam kasih dan kemurahan Allah, yang sebagai akibatnya juga memiliki cara memandang orang lain secara baru, yang dekat maupun jauh, terlihat selalu sebagai saudara dan saudari dalam Yesus yang harus dihormati dan dikasihi. Roh Kudus mengajarkan kita untuk melihat dengan mata Kristus, untuk menjalani kehidupan seperti yang dijalani Kristus, untuk memahami kehidupan seperti yang dilakukan Kristus. Itulah mengapa air hidup yang adalah Roh Kudus memuaskan hidup kita karena memberitahu kita bahwa kita dikasihi oleh Allah sebagai anak-anak-Nya, bahwa kita dapat mengasihi Allah sebagai anak-anak-Nya, dan bahwa dengan kasih karunia-Nya kita bisa hidup sebagai anak-anak Allah, seperti yang dilakukan Yesus. Dan kita? Apakah kita mendengarkan Roh Kudus yang memberitahu kita: Allah mengasihi Anda? Apakah kita benar-benar mengasihi Allah dan orang lain seperti yang dilakukan Yesus?
Langganan:
Postingan (Atom)