“Di dalam keluarga telah ditanamkan
dalam diri Hamba Allah suatu iman yang kuat, yaitu cinta yang besar akan Ekaristi. Hampir setiap hari ia menghadiri
Misa Kudus bersama dengan ibunya, dan pada usia 12 tahun dia telah menjadi “ rasul iman “, dengan mengajar
katekismus di paroki serta mengkhawatirkan mereka yang jauh dari dari hidup
kristiani. Ketika bertugas di Miane sebagai suster Misericordia, dia melatih iman yang benar - benar kokoh kuat, sambil terus berkarya, (…),
mengunjungi orang sakit serta meneguhkan
iman mereka. (…) Hamba Allah memandang
setiap orang serta setiap pengalaman yang terjadi dengan mata iman,
termasuk mereka yang membuatnya menderita. Kepada para putri-putrinya, ia juga
mengajarkan hal yang sama.
Saya ingat ketika salah satu dari kami berhasil membawa kembali kepada
Allah seseorang yang tersesat jalannya, sukacita Madre sangat besar. Dia berkata:
“Hari ini engkau mendapatkan upahmu;
demi menyelamatkan jiwa – jiwa perlu pengorbanan“, dan ia berkata lagi: “jiwa yang beriman adalah jiwa yang selalu
tenang “. Hal ini ditunjukkan dalam seluruh perbuatannya. Katanya: “Yesus adalah kereta bersenjataku.
Bersembunyi di dalam Dia, aku tidak akan takut “.
( …) Betapa besar imannya dalam menghadapi berbagai kesulitan besar pada awal pendirian Kongregasi, terutama sekembalinya dari Kongregasi Suci di Roma. Bapa Uskup mengatakan bahwa sudah tidak jalan lagi. Namun Hamba Allah mengulang kembali kepada Uskup apa yang dikatakan oleh Yesus: “Jika kalian mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kalian akan dapat memindahkan gunung.“ Hal ini jelas dipahami bagaimana dia akan dapat memindahkan gunung–gunung kesulitan yang menghalangi misi yang dipercayakan Allah kepadanya “1
( …) Betapa besar imannya dalam menghadapi berbagai kesulitan besar pada awal pendirian Kongregasi, terutama sekembalinya dari Kongregasi Suci di Roma. Bapa Uskup mengatakan bahwa sudah tidak jalan lagi. Namun Hamba Allah mengulang kembali kepada Uskup apa yang dikatakan oleh Yesus: “Jika kalian mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kalian akan dapat memindahkan gunung.“ Hal ini jelas dipahami bagaimana dia akan dapat memindahkan gunung–gunung kesulitan yang menghalangi misi yang dipercayakan Allah kepadanya “1
“Saya berpendapat bahwa, ….
baginya iman adalah “jubah“ yang
membuatnya menikmati kebenaran yang diyakini, serta menerima kehendaki Allah
serta ajaran–ajaran ilahi-Nya setiap saat. Ketika berbicara tentang Allah,
saya melihat seolah-olah dia sedang mengkontemplasikan-Nya.”2
“Dengan kami, dia menunjukkan imannya
yang luar biasa. Sering dia berkata: “Saya harus meminta satu rahmat khusus
dan saya harus memperolehnya dari Tuhan.“ Kami semua diajak untuk memohon
rahmat itu; beliau sangat yakin akan hal ini, katanya: “Besok saya akan
memperoleh rahmat itu”, kepada siapa yang ragu dia berkata: “Bagaimana? Berarti
engkau tidak beriman!” … Yesus telah bersabda: “Berdoalah, mintalah, ketuklah, dan …., ia telah menyampaikan keyakinan
ini juga kepada kami“3 …. Madre berdoa dengan suatu keyakinan penuh
bahwa hanya doalah yang mampu
mengubahnya menjadi seorang wanita yang beriman teguh dan tak tergoyahkan”4
1 Sr. Fernanda Marabello, Positio, 1 teks hal. 17.
2 Sr. Celinia Dalla Torre, Positio, hal. 71.
3 Sr. Bernardetta Mazzon, Positio, hal 161.
4 Sr. Arcadia Nardin, Positio, hal. 48.
"(...) Dia
mempunyai iman yang sangat hidup,
... didasarkan oleh pengharapan dan cinta kasih serta berpedoman pada sabda Allah ... "5. Injil dibaca dan dikomentarinya sendiri.
Di antara tulisan-tulisannya saya tertarik akan salah satu komentarnya ini: "Yesus adalah sabda Allah ... ketika
kita mendengarkan sabda Allah, kita menghampiri Yesus yang adalah Sabda itu
sendiri"6. "Dia juga menunjukkan iman yang
nyata dalam sakramen - sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen
Pengakuan Dosa"7.
"Dalam Ekaristi, Madre telah
menemukan Yesus, Sang Hidup yang Benar
yang harus diwartakan kepada sesama dan dunia"8. "Imannya akan hidup kekal sangat hidup....,
akan adanya perantaraan Maria, para
kudus serta jiwa - jiwa di api penyucian .... Saya sangat mengagumi iman dari Hamba Allah yang
dinyatakannya dalam karisma kongregasi
serta yang dibawanya untuk mencari Wajah Allah atau seperti yang sering
diungkapkannya sebagai " Wajah Yesus yang manis"9. "
Dengan penuh keyakinan saya mengatakan bahwa Kongregasi Wajah Kudus telah lahir berkat imannya. Bahkan saya akan
menambahkan lagi bahwa karisma yang sama bukan saja suatu rangkuman hidupnya
yang penuh iman. Saya hanya dapat memahaminya jika karisma ini saya lihat dalam
terang bahwa dengan " menyebarkan,
menyilih, dan memulihkan Wajah Yesus yang manis dalam jiwa - jiwa " saya akan menemukan kunci jawabannya hanya
dalam iman."10
5 Sr. Constantina Ravazzolo, Positio, hal. 161.
6 Sr. Carmelinda Corazza, Positio, hal. 245.
7 Sr. Pierina
Carrer, Positio, hal. 103.
8 Sr. Arcadia
Nardin, Positio, hal. 48.
"Imannya
akan Gereja sangat hidup; akan Bapa Suci, yang seringkali disebutnya sebagai "Kristus yang manis di bumi", serta akan para Uskup "...Di tahun terakhir hidupnya, imannya seolah-olah
menjadi nyata terlihat. Sering dia berbicara tentang kematian yang semakin
mendekat, tentang Yesus yang akan segera memanggilnya tanpa memberitahukannya
terlebih dahulu; ia merasa sudah siap untuk meninggalkan bumi ini, merindukan
untuk bertemu dan mengkontemplasikan Wajah Yesus yang dibaktikan selama
hidupnya. Saya ingat tanda salib besar,
bukti pernyataan iman akan Tritunggal Mahakudus yang sering dibuat oleh Hamba
Allah ... "11
" Madre Mastena adalah seorang
wanita yang mempunyai iman yang tidak tergoyahkan, mengatasi setiap
kesulitan dengan jiwa yang tenang, pantang menyerah, serta mempunyai pandangan
ke depan untuk menjadi semakin lebih baik."12 Diceritakan bahwa
di San Fior kerasulannya berkembang
dalam iman, sehingga tidak lama kemudian hidup kristiani mekar lagi di tempat itu.
9 Sr. Cecilia
Griggio, Positio, hal. 262.
10 Sr. Angelina
Furlan, Positio, hal. 129..
11 Sr. Rosa Narduzzo, Positio, hal. 198.
12 don Paolo
Meneghello, Positio, hal. 354.
13 Sr. Clorinda
Zambon, Positio, hal. 280.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar