Sr. Ursula Lipa Tukan
KAMI ADALAH HAMBA –HAMBA YANG TIDAK BERGUNA (
LUK. 17: 10b )
Keluarga merupakan dunia pertama yang aku kenal,
sekaligus tempat aku mulai hidup. Di sinilah untuk pertama kalinya aku
mengalami kasih terindah dalam hidupku. Kasih terindah itu adalah orangtua dan
saudara-saudariku. Mereka adalah ahli-ahli bangunan yang telah meletakan sebuah
dasar kasih dan iman yang baik bagi masa
depanku. Mereka adalah tukang-tukang profesional yang telah mendirikan sebuah
kerangka yang kuat bagi bangunan hidup dan panggilanku.
Pada 1 Pebruari 1990, aku
dilahirkan disebuah kampung nelayan, yang berbatu lagi panas yakni Lamalera,
kampung ikan paus. Dengan situasi lingkungan dan alam yang cukup menantang, aku
dibina dan dibentuk menjadi seorang pribadi yang baik dan beriman teguh pada
Kristus. Aku terlahir sebagai anak kelima dari lima bersaudara.
Waktu terus bergulir, aku terus
bertumbuh dan berkembang dalam asuhan keluargaku yang sangat mencintaiku. Hidup
rohani yang dijalankan secara baik dalam keluarga turut menumbuhkembangkan
benih panggilan dalam diriku. Selain itu aku juga melihat para Imam, biarawan –
biarawati yang sangat ramah, mudah bergaul dengan siapa saja, sopan, rapih,
murah senyum membuatku semakin teguh pada niat untuk menjadi biarawati. Semasa
sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama, aku selalu mengikuti
kegiatan-kegiatan rohani seperti SEKAMI, Misdinar.
Pada jenjang pendidikan sekolah
menengah atas aku meninggalkan keluarga dan kampung halaman untuk menuntut ilmu di kota pelajar yakni Ende di SMAN 2.
Meski telah jauh dari keluarga, namun kehidupan rohani yang telah ditanam dalam
diriku sejak kecil tak memudar. Aku tetap menjalankannya.
Aku mengenal Konggregasi Wajah Kudus
ini, melalui sr. Ursula Niga Beding, CSV. Ketika mendengar kata “Wajah “ aku
sangat tersentuh karena Wajah mengekspresikan kedalaman hati seseorang. Selain
itu busana yang dikenakan oleh suster Wajah Kudus menarikku untuk menjadi
suster Wajah Kudus. Karena itu aku memutuskan untuk memilih konggregasi Wajah
Kudus tercinta ini menjadi lahan subur
bagiku dalam mengabdi Tuhan teristimewa menjadi hamba dalam tangan Tuhan yang selalu siap menjalankan apa saja yang
dikehendaki Tuhan dalam diriku.
Selama lima tahun aku menjalankan masa
pembinaan bersama teman-temanku baik di komunitas Koting maupun komunitas
Ndona. Dalam masa pembianaan aku mengalami pengalamam suka dan duka yang
menghiasi perjalanan panggilanku. Aku adalah bejana tanah liat yang rapuh. Seringkali
dalam menapaki panggilanTuhan ini aku jatuh dalam keputusasaan yang kadang juga
meyeretku untuk menjauh dan meninggalkan Dia yang memanggilku. Namun cinta
Tuhan sangatlah erat mengikatku. Aku juga bukan hanya sebagai bejana tanah liat
yang rapuh tetapi sebagai seorang hamba. Aku menjalankan setiap tugas pelayanan
yang dipercayakan kepadaku tanpa banyak berkomentar. Sebab aku yakin Sang
majikanku yakni Tuhan sang pemilih kebun anggur itulah yang memberikan aku
tugas untuk kujalankan pada setiap peristiwa dan situasi hidup untuk kualami
dan kurasakan. Tali cinta Sang Wajah Kudus Yesus telah mengikatku menjadi hamba
dalam kasih-Nya. Karena itu aku dengan hati yang bebas dan langkah yang pasti
berlangkah ke Altar Tuhan menjawab
“ Ya“
atas panggilan-Nya kepadaku dengan mengikrarkan kaul-kaul suci; Kemurnian,
Kemiskinan, Ketaatan dalam Kongregasi Wajah Kudus agar aku semakin menjadi
seorang hamba yang setia Menyebarkan, Menyilih, dan Memulihkan Wajah Yesus
keman dan dimanapun aku diutus. Semoga semangat
hamba Bunda Maria dan Beata Maria Pia Mastena tetap menjiwai seluruh hidup dan
Panggilanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar