Translate

Kamis, 19 Maret 2015

Panggilanku - 3 -


  Sr. Ursula Lipa Tukan

 KAMI ADALAH HAMBA –HAMBA YANG TIDAK BERGUNA ( LUK. 17: 10b )

               Keluarga merupakan dunia pertama yang aku kenal, sekaligus tempat aku mulai hidup. Di sinilah untuk pertama kalinya aku mengalami kasih terindah dalam hidupku. Kasih terindah itu adalah orangtua dan saudara-saudariku. Mereka adalah ahli-ahli bangunan yang telah meletakan sebuah dasar kasih dan iman yang baik  bagi masa depanku. Mereka adalah tukang-tukang profesional yang telah mendirikan sebuah kerangka yang kuat bagi bangunan hidup dan panggilanku.
                Pada 1 Pebruari 1990, aku dilahirkan disebuah kampung nelayan, yang berbatu lagi panas yakni Lamalera, kampung ikan paus. Dengan situasi lingkungan dan alam yang cukup menantang, aku dibina dan dibentuk menjadi seorang pribadi yang baik dan beriman teguh pada Kristus. Aku terlahir sebagai anak kelima dari lima bersaudara.
             
Dalam keluarga, sejak kecil aku diperlihatkan dengan kehidupan rohani atau kehidupan doa. Berdoa bersama dan mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja setiap hari adalah hal yang utama yang harus dijalankan oleh kami sekeluarga. Selain itu orangtuaku menceritakan kisah orang kudus yang pernah mereka baca terutama kisah hidup dan panggilan dari St. Theresia dari kanak-kanak Yesus. Mereka menceritakan kepadaku untuk menggugah hatiku supaya bisa tertarik dengan kehidupan membiara, sebab orangtuaku telah berniat mempersembahkan aku, putri bungsu mereka kepada Tuhan.  Mungkin karena tanggal kelahiranku berdekatan dengan tanggal dua Pebruari yang dalam Gereja sejagat dikenang sebagai pesta Yesus Dipersembahkan dalam Bait Allah.
               Waktu terus bergulir, aku terus bertumbuh dan berkembang dalam asuhan keluargaku yang sangat mencintaiku. Hidup rohani yang dijalankan secara baik dalam keluarga turut menumbuhkembangkan benih panggilan dalam diriku. Selain itu aku juga melihat para Imam, biarawan – biarawati yang sangat ramah, mudah bergaul dengan siapa saja, sopan, rapih, murah senyum membuatku semakin teguh pada niat untuk menjadi biarawati. Semasa sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama, aku selalu mengikuti kegiatan-kegiatan rohani seperti SEKAMI, Misdinar.
             Pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas aku meninggalkan keluarga dan kampung halaman untuk menuntut  ilmu di kota pelajar yakni Ende di SMAN 2. Meski telah jauh dari keluarga, namun kehidupan rohani yang telah ditanam dalam diriku sejak kecil tak memudar. Aku tetap menjalankannya.
            Aku mengenal Konggregasi Wajah Kudus ini, melalui sr. Ursula Niga Beding, CSV. Ketika mendengar kata “Wajah “ aku sangat tersentuh karena Wajah mengekspresikan kedalaman hati seseorang. Selain itu busana yang dikenakan oleh suster Wajah Kudus menarikku untuk menjadi suster Wajah Kudus. Karena itu aku memutuskan untuk memilih konggregasi Wajah Kudus  tercinta ini menjadi lahan subur bagiku dalam mengabdi Tuhan teristimewa menjadi hamba dalam tangan Tuhan  yang selalu siap menjalankan apa saja yang dikehendaki Tuhan dalam diriku.
             Selama lima tahun aku menjalankan masa pembinaan bersama teman-temanku baik di komunitas Koting maupun komunitas Ndona. Dalam masa pembianaan aku mengalami pengalamam suka dan duka yang menghiasi perjalanan panggilanku. Aku adalah bejana tanah liat yang rapuh. Seringkali dalam menapaki panggilanTuhan ini aku jatuh dalam keputusasaan yang kadang juga meyeretku untuk menjauh dan meninggalkan Dia yang memanggilku. Namun cinta Tuhan sangatlah erat mengikatku. Aku juga bukan hanya sebagai bejana tanah liat yang rapuh tetapi sebagai seorang hamba. Aku menjalankan setiap tugas pelayanan yang dipercayakan kepadaku tanpa banyak berkomentar. Sebab aku yakin Sang majikanku yakni Tuhan sang pemilih kebun anggur itulah yang memberikan aku tugas untuk kujalankan pada setiap peristiwa dan situasi hidup untuk kualami dan kurasakan. Tali cinta Sang Wajah Kudus Yesus telah mengikatku menjadi hamba dalam kasih-Nya. Karena itu aku dengan hati yang bebas dan langkah yang pasti berlangkah ke Altar Tuhan menjawab
“ Ya“ atas panggilan-Nya kepadaku dengan mengikrarkan kaul-kaul suci; Kemurnian, Kemiskinan, Ketaatan dalam Kongregasi Wajah Kudus agar aku semakin menjadi seorang hamba yang setia Menyebarkan, Menyilih, dan Memulihkan Wajah Yesus keman dan dimanapun aku diutus. Semoga  semangat hamba Bunda Maria dan Beata Maria Pia Mastena tetap menjiwai seluruh hidup dan Panggilanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar