Translate

Selasa, 10 Maret 2015

Panggilanku -2-



         Sr. Helena Heret
  HANYA PADA TUHANLAH HATIKU TENANG


( Mzr. 62: 2 )

                Panggilanku menjadi seorang suster adalah suatu rahmat yang sangat istimewa. Aku dipanggil oleh Tuhan oleh setiap banyak orang dengan segala kelemahan dan keterbatasan yang ada dalam diriku. Ia memanggil aku karena cinta bukan karena kemampuan atau bakat-bakat yang ada dalam diriku.
                Sejak dari kandungan ibuku, Ia telah mengenal dan memanggil aku dengan nama Helena Heret. Karena Cinta, Ia menitipkan aku kepada orangtuaku sehingga terjadilah sebuah peristiwa yang menggembirakan pada tanggal 12 Oktober 1989 aku hadir di dunia khususnya di Natakoli. Aku diterima dengan rasa gembira dan penuh syukur oleh kedua orangtuaku, aku diasuh, dibesarkan dalam naungan kasih-Nya, melalui kedua orangtuaku.
                Aku sadar bahwa seluruh pertumbuhan dan perkembangan hidupku pasti terus dibimbing oleh-Nya. Pada tahun 1998 aku disekolahkan di salah satu SDK di Natakoli, setelah tamat  dari pendidkan dasar aku melanjutkan pendidikanku ke jenjang SMP hingga SMA. Usai menyelesaikan studiku di SMA, dengan semangat yang menggebu-gebu, memutuskan untuk menjadi suster. Cita – citaku menjadi suster sejak di bangku SD kelas IV, dengan motivasi awal, melihat suster yang sopan, berpakaian rapih, rajin berdoa, dan mudah ditegur oleh siapa saja. Dalam perjalanan waktu, niatku menjadi suster mulai pasang surut, namun Tuhan masih menjaga dan merawat benih panggilan itu, sehingga selesai menempuh pendidikanku di SMA saya langsung mempersiapkan segala sesuatu untuk masuk biara.
                Pada tanggal 30 September 2009 aku masuk biara Wajah Kudus, di Komunitas Koting Maumere. Setelah mengenal dan belajar tentang kehidupan di biara, aku melanjutkan masa pembinaan postulat dan Novisiat di komunitas Ndona-Ende.
                Dalam menjalani masa persiapan dan pembinaan dari aspiran sampai novisiat tahun kedua ada begitu banyak peristiwa dan pengal; aman baik suka maupun duka telah mewarnai hidupku. Meskipun banyak penderitaan dan tantangan serta tuntutan-tuntutan yang menhantui jalan panggilanku. Namun aku yakin Tuhan tetap  setia untuk menolong dan membantuku agar aku mampu menghadapi semuanya itu. Aku yakin bahwa penderitaan dan tantangan itu merupakan satu cara untuk memurnikan panggilanku.
                Aku memilih motto “ Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang“ ( Mzr.62: 2) karena dalam menjawabi panggilan khusus ini, saya sadar bahwa Tuhan begitu setia menuntunku tahap demi tahap sehingga akhirnya saya menjawa  “Ya“  atas panggilan-Nya.
                Hanya pada-Mulah aku berharap adalah sepenggal doa yang terus menerus kuucapkan dalam setiap peristiwa yang kualami dalam hidupku. Segala persoalan apa saja yang kualami dalam perjalanan panggilanku saya selalu serahkan semuanya ke dalam kuasa-Nya. Motto“ Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang“ merupakan ungkapan Imanku kepada Tuhan atas penyelenggaraan Kasih-Nya yang kualami dalam setiap peristiwa dan situasi batin  yang terjadi dalam perjalanan panggilanku.
                Inilah sekilas kisah perjalanan panggilanku mulai rahim ibuku hingga menjadi seorang suster, dengan motto: “ Hanya pada Tuhanlah Hatiku Tenang“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar