“ SUPAYA AKU DAPAT MELIHAT”( Mat, 20:33)
“ Supaya aku dapat melihat”
adalah sebuah kalimat yang terus saya
ungkapkan dalam setiap doaku, dan
menjadi sebuah motto dalam ziarah panggilanku. Aku sungguh menyadari bahwa mata
hati saya sedang buta. Buta karena disilau oleh egoisme diri yang masih
menyelimuti diriku. Buta karena saya tidak sanggup melihat indahnya kehidupan
yang Tuhan anugerahkan kepadaku. Karena buta, saya terasa hidup kabur dan tidak
terlihat dengan jelas, sebab telah dihalangi oleh perasaan negatifku. Karena buta pula saya merasa hidup itu sangat
gelap, sehingga membuat saya tak mampu melihat sesamaku yang sedang memohon
pertolongan dariku.
Saya bersyukur bahwa Tuhan itu
Maharahim, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Ia mendengarkan ketika saya
menjerit: “ Yesus anak Daud Kasihanilah aku” dan membuka mataku ketika aku
meminta: “ Tuhan supaya aku dapat melihat.” Karena kasih-Nya, Ia mendengarkan
jeritanku.
Aku sungguh merasakan kebaikan dan
kebesaran Allah sejak aku dibentuk dalam rahim ibuku. Melalui kasih sayang orangtuaku; ibu yang melindungi dan membawa
saya ke mana saja melangkah selama sembilan bulan dalam kandungannya, ayahku yang penuh harapan menginginkan
saya menggantikan posisinya menjadi pewaris dalam keluarga bila terlahir bayi
lelaki. Tapi ternyata aku terlahir sebagai seorang bayi perempuan, karena itu
ayah sedikit menolak kehadiranku.
Kakak-kakakku serta semua anggota keluarga besarku yang selalu membantu ibuku.
Ketika aku lahir, Selasa 28 Juni 1988, kasih Allah kurasakan semakin besar, karena
walaupun ayah sedikit menolak, tapi aku bangga karena ayah tetap menerimaku
sebagai anaknya. Semua kebutuhanku
selalu terpenuhi. Ini karena mereka sangat menyayangiku.
Allah mempunyai rencana terindah
dalam hidupku. Ia tidak menghadirkan aku sebagai anak laki-laki seperti yang
diharapkan oleh ayahku, aku disembuhkan dari sakit gigi selama enam tahun memberikan terang ketika aku berada
dalam kegelapan, Waktu itu aku masih buta
sehingga saya terus bertanya; mengapa Tuhan tidak menghadirkan aku sebagai anak
laki-laki supaya bisa menjadi pewaris
keluarga ayah dan membuatnya bahagia? Mengapa Tuhan menyembuhkan penyakitku
ketika aku sudah tidak ada harapan untuk sembuh dan memberi terang ketika aku dalam kegelapan? Pertanyaan ini terjawab
karena Tuhan punya rencana khusus atas
diriku.
Allah telah memanggil aku sejak dari
kandungan ibuku. Ketika aku lahir di tengah keluargaku, tunjukkan kepadaku. Tapi
pada saat itu aku belum menyadari akan hal itu. Aku berpikir bahwa itu hanya
sebuah kebetulan. Sekarang baru saya mengerti bahwa semua peristiwa yang Tuhan
ukirkan dalam lembaran kehidupanku dimasa yang lalu bukanlah sebuah kebetulan melainkan persiapan
bagiku untuk menjawabi panggilan Tuhan.
Tuhan
berinisiatif memanggilku, karena itu Ia selalu menyertai hidupku. Ia selalu membukakan
mataku dikala aku meminta: “Tuhan supaya aku dapat melihat” hal ini sungguh
kuraskankan dalam perjalanan panggilanku mulai dari masa pembinaan awal;
aspiran hingga novisiat dalam konggregasi Wajah Kudus ini. Berkat kekuatan
Tuhan yang terus mengalir dalam bejana kehidupanku, kebaikan dan kerahiman
hati-Nya yang selalu mendengarkan aku ketika aku menjerit; “ Yesus anak Daud
kasihanilah aku” akhirnya pada tanggal 8
Desember 2014 bertepatan dengan hari raya Bunda Maria dikandung tanpa Noda,
saya mengikrarkan kaui pertama bersama dengan teman seperjalananku, untuk menambah
deretan anggota religius Wajah Kudus, dengan menghayati Spiritualitas yang
telah diwariskan oleh Beata Madre Maria Pia Mastena, yakni; Menyebarkan,
Menyilih dan Memulihkan Wajah Yesus yang manis dalam diri kaum miskin dan
tersisih yang kita jumpai dan layani.
Akupun menyadari bahwa kaul pertama
adalah awal dari satu perjalanan perjuangan hidup panggilan. Saya percaya,
Allah yang telah memanggilku akan setia menemanku dalam menghadapi setiap
peristiwa hidupku.
DOA
Ya Allah yang berbelaskasih, cinta-Mu
padaku tanpa syarat, bagaikan laut tak bertepi. Aku bersyukur bahwa aku
berharga di mata-Mu, yang walaupun di
mata manusia aku bukanlah orang yang berharga. Aku hanyalah sebuah bejana tanah
liat yang mudah retak dan pecah. Aku bersyukur bahwa Engkau sungguh memperhatikan aku, dan mengangkat aku
sebagai alat dalam tangan-Mu. Engkau menguatkanku dikala saya merasa hidupku
tidak berarti karena kerapuhan dan kelemahanku. Dengan tangan-Mu yang lembut,
Engkau mengangkat bejana kehidupanku serta memulihkan kembali setiap retakan
akibat dosa–dosaku. Dengan Sabda-Mu memampukan aku melihat dan memahami arti
dari kehidupan ini. Dengan kuasa kasih-Mu Engkau memampukan aku untuk mendengar suara
panggilan-Mu dan karena dorongan Roh Kudus-Mu aku berani mengatakan“Ya“ atas
panggilan-Mu itu untuk mengikuti Yesus Putra-Mu, Amin.
Sr. Waldetrudis Muke, CSV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar